Minggu, 10 April 2011

INFLASI


INFLASI
Inflasi adalah indicator untuk melihat tingkat perubahan dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara teru-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah ini juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebabnya mengingkatnya harga. Di dalam perekonomian pengeluaran agregat yang wujud adalah melebihi produksi bara dan jasa yang mungkin diciptakan oleh factor-faktor produksi yang tersedia. Inflasi yang ditimbulkan oleh kelebihan dalam permintaan dinamakan inflasi tarikan permintaan. Kenaikan barang dan jasa dapat juga ditimbulkan oleh kenaikan dalam biaya produksi, dan kenaikan harga-harga yang berlaku dinamakan inflasi desakan ongkos.
Berdasarkan kepada lajunya, inflasi dapat pula dibedakan menjadi inflasi merangkak dan inflasi liar atau hyperinflasi. Inflasi merangkak adalah prose kenaikan harga-harga yang relative lambat jalannya. Tingkat kelajuannya setiap tahun hanya mencapai 5% per tahun atau bahkan kurang. Inflasi liar adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat sehingga harga-harga akan menjadi dua kali lipat atau lebih dalam beberapa tahun saja.
Beberapa ahli ekonomi yang terkemuka berpendapat bahwa inflasi merangkak adalah diperlukan dalam perekonomian karena itu dapat menggalakan perkembangan ekonomi. Dalam masa inflasi merangkak keuntungan para pengusaha menjadi tambah besar karena penghasilannya bertambah lebih cepat dari kenaikan ongkos produksi.
Inflasi liar biasanya berlaku dalam perekonomian yang sedang menghadapi perang atau kekacauan politik di dalam negeri. Peristiwa seperti itu menyebabkan pemerintah harus melakukan pertambahan yang besar sekali dalam anngaran belanjanya, dan kenaikan perbelanjaan ini menyebabkan pertambahan yang sangat besar ke atas permintaan agregat. Biasanya tambahan pengeluaran pemerintah yang terlalu besar akan menimbulkan kenaikan harga-harga yang sangat cepat. Oleh karena itu, mengurangi pengeluaran tidak dapat dilakukan untuk mengatasi maslah inflasi yang terlalu cepat, pemerintah mengatasi masalah itu dengan mengendalikan harga dan membatasi jumlah barang yang dapat dibeli seorang atau suatu perusahaan. Dengan seperti ini dapat mengurangi kecepatan kenaikan harga dan ini dinamakan inflasi ditekan.
Inflasi yang buruk tidak akan mendorong para pengusaha untuk melakukan kegiatan yang bersifat produktif. Perubahan corak kegiatan ekonomi seperti ini akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi, menambah pengangguran dan memperlambat lajunya pembangunan ekonomi. Inflasi akan menurunkan pendapatan riel dari orang-orang yang berpendapatan tetap karena daya beli berpendapatan mereka makin lama makin rendah. Distribusi pendapatan/kekayaan yang wujud akan bertambah buruk keadaannya karena kenaikan nilai harta dari golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi. Golongan masyarakat ini memiliki sebagian besar daripada benda tetap dalam perekonomianseperti tanah, rumah, bangunan kantor pertokoan dan lainnya. Inflasi ini akan menaikan nilai berbagai jenis harta tetap tersebut. Maka nilai uang kekayaan mereka makin bertambah tinggi. Sedangkan golongan masyarakat yang berpendapatan rendah tidak mempunyai kekayaan seperti di atas. Maka nilai kekayaan mereka tidak mengalami perubahan yang berarti. Nilai riel kekayaan yang berupa uang akan turun di masa inflasi. Oleh karenanya masyarakat yang menabung uang mereka di bank atau meminjamkan kepada orang lain akan mengalami kerugian. Kenaikan harga juga dapat menimbulkan akibat buruk ke atas perdagangan luar negeri dari Negara yang mengalami inflasi. Maka inflasi akan menyebabkan impor menjadi lebih besar dari ekspor.
Referensi :
Sukirno, Sadono. 1985. Pengantar Teori MakroEkonomi Edisi Pertama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

PENGANGGURAN


PENGANGGURAN
Istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari satu atau dua hariselama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak diesbut sebagai pengangguran atau tuna karya. Pada umumnya yang menyebabkan pengangguran adalah karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada untuk menampung atau menyerapnya.
Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar pengangguran di Indonesia berada pada kelompok usia muda dan produktif yaitu 15-24 tahun. Tingginya proporsi penganggur pada kelompok ini mengindikasikan pasar tenaga kerja belum optimal menyerap angkatan kerja usia lepas sekolah menengah. Hal ini juga sejalan dengan gambaran proporsi dominan penganggur terbesar terdapat pada angkatan kerja berlatar belakang pendidikan SLTP dan SLTA yaotu lebih dari 60% dari total penganggur.
Belum menurunnya tingkat pengangguran secara signifikan banyak dipengaruhi karena karakteristik daya serap tenaga kerja sector-sektor ekonomi. Sector pertanian dan industry merupakan sector yang memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi tapi sayangnya sector ini belum tumbuh kuat.
Adapun jenis-jenis dan macam-macam pengangguran. Menurut lama waktu kerjanya penganggurang dibagi menjadi 3 yaitu:
·         Pengangguran terbuka (open unemployment) : sama sekali tidak bekerja.
·         Setengah menganggur (underemployment) : bekerja tetapi tenaganya kurang termanfaatkan diukur dari curahan jam kerja.
·         Pengagguran terselubung (disguised unemployment) : tenaga kerja tidak bekerja secara optimum karena tidak ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuaanya.
Menurut penyebabnya pengangguran dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
·         Pengangguran friksional / frictional unemployment yaitu pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran kerja.
·         Pengangguran musiman / seasonal unemployment yaitu keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus menganggur atau disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap tenaga kerja.
·         Pengangguran siklikal / siklus yaitu penganggurang yang menganggur akibat imbas naik turunnya aktifitas atau keadaan perekonomian suatu Negara.
·         Pengangguran structural yaitu disebabkan karena ketidakcocokkan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga kerja yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia atau pengangguran akibat adanya perubahan struktur ekonomi.
Pengangguran membawa dampak negative yang sangat mempengaruhi lingkungan social. Dampak negative diantarany produktivitas, penerimaan Negara (pajak) akan berkurang, aktivitas ekonomi keseluruhan, biaya nasional akan semakin meningkat, pendapatan nasional semakin kecil, beban psikologis bagi yang bersangkutan, menimbulkan masalah criminal dan dapat menimbulkan kekacauan politik .
Referensi :
Sukirno, Sadono. 1985. Pengantar Teori MakroEkonomi Edisi Pertama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kamis, 07 April 2011

KESEIMBANGAN PASAR DALAM PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIS


KESEIMBANGAN DALAM PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIS
Kurva permintaan yang dihadapi oleh firma dalam persaingan monopolistis adalah lebih elastic dari yang dihadapi monopoli , tetapi elastisitasnya tidak sampai mencapai elastic sempurna  , yaitu kurva permintaan yang dihadapi suatu firma dalam persaingan sempurna . Jadi pada hakekatnya kurva permintaan ke atas barang produksi firma dalam persaingan monopolistis adalah bersifat menurun secara sedikit demi sedikit . Kurva permintaan bersifat seperti ini berarti apabila firma menaikan harga maka jumlah barang yang dijualnya menjadi sangat berkurang dan apabila firma menurunkan harga maka jumlah barang yang dijualnya menjadi sangat bertambah .
Di dalam keseimbangan dalam pasar persaingan monopolistis ada 2 jenis keseimbangan . Yaitu keseimbangan jangka pendek dan keseimbangan jangka panjang .
KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK
Karena kurva permintaan menurun sedikit demi sedikit dan akibatnya kurva MR tidak berimpit dengan kurva permintaan , keseimbangan yang dicapai suatu pasar persaingan monopilistis adalah sama dengan di dalam monopoli . Bedanya , di dalam monopoli yang dihadapi adalah permintaan dari sluruh pasar, sedangkan dalam persaingan monopolistis , permintaan yang dihadapi firma adalah sebahagian dari keseluruhan permintaan pasar .
Keuntungan yang maksimum akan diperoleh apabila firma terus memproduksi sampai pada tingkat dimana keadaan MC=MR tercapai . Maka keuntungan maksimum tercapai apabila jumlah produksi adalah Q dan pada tingkat produksi ini tingkat harga adalah P .
KURVA KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK



·         UNTUNG LEBIH NORMAL
¢  Apabila TR>TC dalam jangka pendek, maka firma akan menikmati untung lebih normal pada MC = MR = P = AR dengan AR > AC dan AR > AVC.
·         UNTUNG NORMAL
AC = AR
¢  Untung normal perlu diperolehi firma dalam jangka panjang.
¢  Firma perlu ditutup jika tidak memperoleh untung normal dalam jangka panjang.
Apabila TR = TC dalam jangka panjang, maka firma akan menikmati untung normal pada MC = MR = P = AR dengan AR  = AC dan AR = AVC


·         UNTUNG KURANG NORMAL
¢  Apabila TC melebihi AR dalam jangka pendek, maka firma akan menghadapi untunf kurang normal pad keadaan MC = MR = P = AR dengan AC > AR dan AR > AVC

KESEIMBANGAN JANGKA PANJANG
Sama halnya dengan firma dalam pasar persaingan sempurna , dalam persaingan monopolistis setiap firma hanya mendapat keuntungan normal dalam jangka panjang . Corak kegiatan firma dalam persaingan monopilsitis ketika mendapat keuntungan normal adalah berbeda dengan corak firma dalam persaingan sempurna yang juga memperoleh untung yang normal . Perbedaan itu adalah harga dan ongkos produksi di pasar persaingan monopolistis lebih tinggi dan kegiatan memproduksi di pasar persaingan monopilistis belum mencapai tingkat yang optimal (mencapai tingkat dimana ongkos produksi per unit adalah yang paling rendah) . Keseimbangan individu produsen dalam jangka panjang dicapai pada saat LAC sama dengan P
Kurva keseimbangan jangka panjang persaingan monopolistis
Implikasi persaingan dalam jangka panjang : pelanggan makin setia
Implikasi persaingan dalam jangka panjang : pelanggan makin memilih

INVESTASI

INVESTASI

 PENGERTIAN
Pembelian saham-saham di pasaran saham atau pembelian tanah dengan tabungan sendiri yang dilakukan oleh seseorang selalu di artikan sebagi pengertian dari investasi . Namun Investasi yang juga memiliki istilah penanaman modal atau pembentukan modal, dalam makro ekonomi diartikan sebagai :

Pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.

 PENGGOLONGAN
Investasi digolongkan atas dua bentuk yaitu INVESTASI BRUTO yang meliputi investasi menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang yang telah didepresiasikan. Adapun penggolongan sebagai investasi (pembentukan / penanaman modal) meliputi pengeluaran seperti :

1. Pembelian berbagai jenis barang modal (mesin dan peralatan produksi lainnya)untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

2. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal ( bangunan kantor, bangunan pabrik dll).

3. Pertambahan nilai stok barng-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.

Dan yang kedua yaitu INVESTASI NETO . Investasi ini didapat setelah investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi .


 FUNGSI
Fungsi investasi adalah fungsi yang menerangkan kaitan antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. Bentuk fungsi ini sendiri tergolong atas dua bentuk . Pertama INVETASI OTONOMI (investasi yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional) dimana bentuknya sejajar dengan sumbu datar dan INVESTASI TERPENGARUH (investasi semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat) dimana bentuknya naik kesebelah kanan atas . Hal ini dapat dartikan makin tinggi tingkat pendapatan nasional makin tinggi pula tingkat investasinya.

 Investasi, Keuntungan dan Tingkat Bunga
Faktor yang penting dan menentukan tingkat investasi terdiri dari enam faktor, namun dari ke enam faktor tersebut yang paling berpengaruh dalam investasi hanyalah ada dua. Yaitu keuntungan yang diramalkan dan tingkat bunga, kerna dua factor tersebut mempunyai kesanggupan untuk menerangkan mengenai sebab-sebabnya perubahan tingkat investasi dari pada factor yang lainnya. Ramalan akan keuntungan dimasa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek baik dan dapat dilaksanakan. Sedangkan tingkat bunga, menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan utuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modal itu, yaitu presentasi keuntungan neto modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga.





 EFISIENSI MARGINAL MODAL DAN EFISIENSI MARGINAL INVESTASI

Sebagian buku–buku mengenai makroekonomi membedakan pengertian dari hubungan antara jumlah investasi dan tingkat bunga menjadi dua pengertian : efisiensi marginal modal dan investasi. Untuk memperjelaskan perbedaan dari kedua pengertian di atas berikut ini dikemukakan suatu contoh. Misalnya pemerintah membuat langkah–langkah yang mempengaruhi kegiatan ekonomi dan langkah–langkah yang mempengaruhi kegiatan ekonomi dan langkah-langkah tersebut menyebabkan tingkat bunga lebih rendah.

Penurunan tingkat bunga ini akan mendorong para pengusaha membuat invertasi yang lebih besar karena kegiatan yang pada mulanya tidak menguntukan, karena tingkat pendapatannya lebih rendah dari tingkat bunga, misalkan jumlah seluruh investasi tambahan, yaitu investasi yang pada mulanya akan merugikan pengusaha sekarang telah dapat menghasilkan pendapatan keuntungan karena adanya penurunan dalam tingkat bunga. Apabila para pengusaha dapat melakukan investasi yang sama nilainya dengan dalam waktu satu tahun, maka perekonomian itu telah dapat memenuhi kebutuhan untuk menanaman modal agar keuntungan pontensial yang terwujud dapat seluruhnya direaliser.

Faktor–faktor yang menghambat pengusaha untuk melakukan investasi seperti yang diperlukan, misalnya sebagai akibat terbatasnya salah satu atau gabungan berbagai faktor yang akan menentukan jumlah investasi, pada tahun pertama para pengusaha hanya dapat melakukan tambahan investasi sebanyak Rp 350 juta dan baru pada tahun kedua seluruh sisa investasi. Maka dari contoh ini dapat dibedakan dua pengertian mengenai investasi tambahan. Pengertian pertama ialah investasi yang wajib dilaksanakan agar semua jenis kegiatan–kegiatan yang setelah dikurangin oleh pembayaran bunga akan memberikan keuntungan kepada para pengusaha. Pengertian kedua adalah investasi yang sebenarnya dilaksanakan para pengusaha, dan modal, kesanggupan untuk mendirikan industri dan tersedianya tenaga–tenaga yang akan bekerja di berbagai usaha–usaha yang akan diciptakan .

 Penentu-Penentu Tingkat Investasi

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen, yang membelanjakan bahagian terbesar dari pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan, penanam penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan di peroleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, terdapat beberapa factor lain yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.

RAMALAN MENGENAI MASA DEPAN
Di perusahaan-perusahaan yang sangat besar kegiatan investasi dapat memakan waktu beberapa tahun. Dan apabila investasi itu sudah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan yang didirikan itu sudah menghasilkan barang atau jasa yang menjadi produksinya, maka ia akan terus melakukan kegiatannya selama beberapa tahun. Oleh sebab itu dalam menentukan apakah kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan itu akan memperoleh untung atau akan menimbulkan kerugian, para pengusaha haruslah membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan masa depan. Dalam membuat ramalan mengenai keadaan masa depan pada hakekatnya para pengusaha harus bertanya: apakah keadaan masa depan menunjukan bahwa keuntungan yang cukup besar akan diperoleh dari perkembangan kegiatan ekonomi yang sedang dibuat atau direncanakan?. Ramalan yang menunjukan bahwa keadaan perekonomian akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat. Makin baik keadaan masa depan, makin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha.

PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Faktor yang menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha adalah kegiatan para pengusaha untuk menggunakan penemuan-penemuan teknologi yang baru dalam proses produksi. Di dalam kegiatan produksi atau usaha-usaha lain lain mereka dinamakan mengadakan pembaharuan atau inovasi. Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, makin banyak pula kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh para pengusaha .
Pembaharuan-pembaharuan dalam semua sector ekonomi telah mempertinggi produktivitas di berbagai bidang kegiatan ekonomi . Produktivitas yang lebih tinggi , memungkinkan pertamabahan produksi yang sangat cepat , dengan demikian memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat . Apabila pendapatan terus bertambah , permintaan atas berbagai jenis barang akan terus menerus bertambah pula . Ini akan mendorong lebih banyak investasi dan mempercepat lagi lajunya pertumbuhan ekonomi .
TINGKAT PENDAPATAN NASIONAL DAN PERUBAHANNYA
Antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional kaitannya cukup erat . Investasi berkecondongan untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional lebih besar jumlahnya , begitu pula sebaliknya . Besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha ditentukan pula oleh pola tingkat perubahan-perubahan pendapatan nasional dari tahun ke tahun . Para pengusaha melakukan investasi bukan untuk memebuhi kebutuhan mereka tetapi untuk memenuhi permintaan atas barang-barang yang mereka produksi .
KEUNTUNGAN YANG DICAPAI PERUSAHAAN
Dalam perusahaan yang sudah berkembang salahs satu factor yang menentukan kegiatan investasinya adalah keuntungan yang diperolehnya . Investasi yang dilakukan para pengusaha , selain dibiayi dari modal yang dipinjam dari badan-badan keuangan dan masyarakat , dapat pula dibiayai dari tabungan yang dibuat oleh mereka . Tabungan tersebut tercipta dari bahagian keuntungan yang tidak dibahagikan kepada para pemegang saham .

 Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi
• Apabila tingkat bunga lebih tinggi dari pada tingkat pengembalian modal maka investasi yang direncanakan tidak akan menguntungkan (rugi) oleh sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan oleh para investor karena tidak akan menguntungkan bagi perusahaanya yang ada malah merugi.
• Kegiatan investasi hanya akan dilakukan oleh perusahaan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan jumlah nominal tingkat bunganya.
• Dengan demikian untuk menentukan besarnya investasi yang harus dilakukan kita perlu menghubungkan kurva efesiensi modal marginal (MEI) dengan tingkat bunga .
• Pada tingkat bunga sebesar ro terdapat investasi bernilai Io yang mempunyai tingkat pengembalian modal sebanyak ro atau lebih.
• Dan apabila tingkat bunga adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau lebih. Dengan demikian pada tingkat bunga sebanyak r1 investasi yang banyak dilakukan adalah sebanyak I1.

 METODE-METODE KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL
1. PAYBACK PERIODE
 Dalam metode ini faktor yang menentukan penerimaan atau penolakan suatu usulan investasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi.


Investasi
 Pay back period =
Kas masuk bersih

2. NET PRESENT VALUE
• Teknik net present value (NPV) merupakan teknik yang didasarkan pada arus kas yang didiskontokan. Ini merupakan ukuran dari laba dalam bentuk rupiah yang diperoleh dari suatu investasi dalam bentuk nilai sekarang. NPV dari suatu proyek ditentukan dengan menhitung nilai sekarang dari arus kas yang diperoleh dari operasi dengan menggunakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan kemudian menguranginya dengan pengeluaran kas neto awal.
 NPV = present value dari arus kas operasi –pengeluaran kas neto awal
At
 NPV = -Io + ∑ --------------
( 1 + r ) t
Io = nilai investasi atau outlays
At = aliran kas neto pada periode t
r = diacount rate
t = umur proyek.

3. INTERNAL RET OF RETURN
 Pada dasarnya metode ini sama dengan metode present value, perbedaanya adalah dalam present value tarif kembalian sudah ditentukan lebih dahulu, sedangkan dalam discounted cash flow justru tarif kembalian yang dihitung sebagi dasar untuk menerima atau menolak suatu usulan investasi. Penentuan tarif kembalian dilakukan dengan metode trial and error, dengan cara sbb;
 Mencari nilai tunai aliran kas masuk bersih pada tarif kembalian yang dipilih secara sembarang di atas atau dibawah tarif kembalian investasi yang diharapkan.
 Mengiterpolasikan kedua tarif kembalian tersebut untuk mendapatkan tarif kembalian sesungguhnya

4. PROFITABILITY INDEX
PI adalah nilai tunai semua kas masuk yang diterima sesudah investasi awal dibagi dengan investasi awal.

Nilai tunai penerimaan sesudah investasi awal
Pi=
Investasi awal

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Proses pembangunan ekonomi di suatu negara sangat ditentukan oleh banyak faktor . Adapun faktor-faktor tersebuta adalah faktor Internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah kondisi fisik (termasuk iklim), lokasi geografis, jumlah dan kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, kondisi awal ekonomi, social dan budaya, system politik, serta peranan pemerintah dalam ekonomi. Kemudian yang termasuk faktor eksternal yaitu perkembangan teknologi, kondisi perekonomian dan politik dunia, serta keamanan global.
II. PERMASALAHAN
Dari proses diatas kita mengetahui bahwa untuk menjadi sebuah negara yang maju atau bahakan untuk menjadi negra berkembang diperluakan sebuah proses . dan untuk memahami proses tersebut diperlukan juga pengetahuan akan sejarah ekonomi negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, kali ini akan dibahas tentang sejarah perekonomian Indonesia mulai dari orde lama 1950-1966) sampai pemerintahan megawati .
BAB II
ISI
• PEMERINTAHAN ORDE LAMA
Setelah memproklamasikan kemerdekaan atau tepatnya tahun-tahun pertama setalah merdeka, perekonomian Indonesia sangat buruk . Bebasnya Indonesia dari penjajah tidak menjamin pemerintah bias secara penuh memberikan perhatiannnya pada pembangunan perekonomian. Hal in dikarenakan peperangan besar yang masih harus dihadapi Indonesia terhadap Belanda sekitar tahun 1940-an.

Hal ini menyebabkan pada masa pemerintahan orde lama, keadaan perekonomian Indonesia yang sangat buruk bahkan mengalami turun yang drasti dalam pertumbuhannya yaitu dengan rat-rata pertahun hanya 1,9% dan bahakn nyaris mengalami stagflasi ( stagnasi produksi).

Selain pertumbuhan ekonomi yang menurun sejak tahun 1958, defisit saldo neraca pembayaran (BOP) dan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)tesua membesar dari tahun ke tahun. Selain itu, kegiatan produksi di sector pertanian dan sector industri manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah karena keterbatasan kapasitas produksidan infrastruktur pendukung baik fisi maupun nonfisik. Akibatnya tingkat inflasi meningkat bahkan sempat mencapai lebih dari 300% menjelang akhir orde lama.

Dalam pemerintahan orde lama atau pada tahun 1945-1965 terbagi atas tiga periode , yaitu
1. Periode 1945-1950
2. Periode demokrasi parlementer (1950-1959)
3. Periode demokrasi terpimpin / demokrasi liberal (1959-1965)
Dari hal in dapat disimpulakn bahwa buruknya perekonomian Indonesia selama pemerintahn orde lama terutama disebabkan oleh hancurnya infrastruktur ekonomi, fisik maupun nonfisik selama pendudukan Jepang, perang dunia II dan perang revolusi, serta gejolak politik dalam negeri, ditambah lagi dengan manajemen ekonomi makro yang sangat buruk selama rezim tersebut.
• PEMERINTAHAN ORDE BARU
Maret 1966 , Indonesia memasuki masa pemerintahan order baru . Prebedaan yang terlihat anatar orde baru dan orde lama yaitu perhatian pemerintah yang lebih ditujukan pada peningakatn kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial . Pada masa ini pun pemerintah telah menjalin kembali hubungan bai dengan pihak barat dan menjauhi pengaruh ideology komunis.

Sebelum repelita dimulai, pemerintah melakukan pemulihan stabilitas ekonomi, sosial dan politik serta rehabilitasi ekonomi di dalam negeri. Sasaran utamanya adalah untuk menenaknkan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuanga pemerintah, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor.

Tujuan jangka panjang dalam pembangunan perekonomian pada masa iniialah meningkatan kesejahteraan masyarakat melalui industrialisaasi dalma skala besar yang dianggap sebagai satu-satunya cara yang paling tepat dan efektif.

April 1969 Repelita I dimulai dengan penekanan utama pada pembangunan sektor pertanian dan industri-industri yang terkait. Tujuan utama dari repelita I ini adalah untuk membuat Indonesia menjadi self sufficient terutama dalam kebutuhan beras. Strategi pembangunan dan kebijakan ekonomi pada repelita terpusat pada pembangunan industri-industri yang dapat menghasilkan devisa lewat ekspor dan subtitusi impor, industri-idustri yang padat karya, industri-industri yang mendukung pembangunan regional dan juga industri-industri dasar (pupuk, tekstil dll). Dampak yang dihasilkan dari repelita I dan berikutnya cukup mengagumkan terutama dilihat pada tingkat makro.

Pembangunan ekonomi yang terjadi selama periode orde baru juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat perkapita. Keberhasilan in tidak saja karena kemampuan kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Soeharto, tapi juga berkat penghasilan ekspor yang sangat besar dari minyak.

Terdapat beberapa kondisi uatam yang harus dipenuhi agar usaha ekonomi dapat berjalan dengan baik yaitu :
1. Kemauan yang kuat (Political Will)
2. Stabilitas ekonomi dan politik
3. Sumber daya manusia yang lebih baik
4. System politik dan ekonomi terbuka yang western oriented
5. Kondisi ekonomi dan ppolitik dunia yang lebih baik.

• Pemerintahan Transisi
Pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht Thailand terhadap dollar AS mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil keputusan ‘jual’. Mereka mangambil keputusan ini karena mereka tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian Negara tersebut, paling tidak untuk jangka pendek. Apa yang terjadi di Thailand akhirnya merembet ke Indonesia dan beberapa Negara Asia lainnya, awal dari krisis keuangan di Asia. Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah mulai menggoncang perekonomian nasional. Setelah menyadari bahwa merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak dapat dibendung lagi dengan kekuatan sendiri, maka pada tanggal 8 Oktober 1997 pemerintah Indonesia akhirnya menyatakan secara resmi akan meminta batuan keuangan dari IMF. Seiring dengan paket reformasi yang ditentukan oleh IMF, pemerintah Indonesia mengumumkan pencabutan izin usaha 16 bank swasta yang dinilai tidak sehat. Ini merupakan awal dari kehancuran perekenomian Indonesia. Kepercayaan masyarakat di dalam dan luar negeri terhadap kinerja ekonomi yang pada waktu it uterus merosot membuat kesepakatan itu harus ditegaskan dalam nota kesepaktan (letter of intent; LoI). Setelah gagal dalam pelaksaan kesepakatan bersama itu, dilakukan lagi perundingan-perundingan baru dan dicapai suatu kesepakatan baru dan dituangkan dalam satu dokumen bernama “Memorandum Tmabhan tentang Kebijaksaan Ekonomi Keuangan”.
Tanggal 23 Mei 1998, Presiden Habibie membentuk cabinet baru, awal dari terbentuknya pemerintahan transisi. Pada awalnya pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut pemerintah reformasi. Akan tetapi setelah setahun berlalu, masyarakat melihat bahwa sebenarnya pemerintahan baru ini tidak berbeda dengan pemerintahan sebelumnya. Mereka juga orang-orang rezim Orde Baru, dan tidak ada perubahan-perubahan yang nyata. KKN semakin menjadi, kerusuhan muncul dimana-mana. Akhirnya, banyak kalangan masyarakat lebih suka memnyebutnya pemerintahan transisi daripada pemerintahan reformasi.

• Pemerintahan Reformasi
Tanggal 20 Ontober 1999 menjadi akhir dalam pemerintahan transisi, dan awal dari pemerintahan Gus Dur yang sering disebut juga pemerintahan reformasi. Banyak yang berharap pada pemerintahan ini agar dapat membangkitkan kembali perekonomian nasional. Dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya mulai menunjukan adanya perbaikan. Namun, tidak berapa lama Gus Dur mulai menunjukan sikap dictator dan prakter KKN di lingkungannya semakin intensif. Tidak ada satupun masalah di dalam negeri ini yang dapat terselesaikan dengan baik. Hubungan Indonesia dengan IMF juga menjadi tidak baik. Dampak negatif dikarenakan oleh 2 hal yaitu pertama perekonomian Indonesia masih sangat tergantung pada impor, baik untuk barang-barang modal dan pembantu, komponen dan bahan baku, maupun barang-barang konsumsi. Kedua ULN Indonesia dalam nilai dollar AS, baik dari sector swasta maupun pemerintahan, sangat besar.
• Pemerintahan Gotong Royong
Pada pemerintahan ini yang memimpin adalah Presiden Megawati. Pada pemerintahan ini perekonomian Indonesia sama saja buruknya dengan pemerintahan Gus Dur, walaupun IHSG dan nilai tukar rupiah meningkat cukup signifikan. Rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Megawati disebabkan antara lain oleh masih kurang berkembangnya investasi swasta, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Masih lemahnya investasi terutama disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi politik dan sosial dan masih belum adanya kepastian hukum di dalam negeri. Tingkat inflasi pada tahun 2002 sudah mencapai di atas 10%. Akibatnya kenaikan harga bahan bakar minyak dan tarif telepon serta listrik. Dalam hal perbankan merupakan factor penghambat terbesar dalam proses pemulihan ekonomi Indonesia sejak krisis tahun 1997. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksikan lebih baik hal ini didasarkan pada tanda-tanda membaiknya pasar global selama pertengahan pertama tahun 2002 dan konsumsi dalam negeri (swasta dan pemerintahan) yang cenderung meningkat terus. Dan juga pada tahun 2003 ekspor Indonesia diperkirakan akan terus membaik, terutama karena harga minyak di pasar internasional diperkirakan akan lebih baik dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
BAB III
I. Kesimpulan
Kalau pemerintah melakukan banyak stimulus untuk meningkatkan kegiata-kegiatan ekonomi domestik dan ekspor, ditambah lagi dengan situasi dalam negeri bsia benar-benar kondusif, aman, dan ada kepastian hukum / usaha yang membuat iklim investasi baik, dan lingkungan eksternal mendukung sepenuhnya, maka bukan tidak mungkin target tersebut bsia tercapai.

II. Daftar Pustaka
Tambunan, Dr. Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

KEMISKINAN

KEMISKINAN
Setiap mendengar kata kemiskinan itu merupakan salah satu momok bagi perekonomian dunia , begitu juga di Indonesia . Dahulu hamper semua penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan sedangkan sekarang kemiskinan terjadi di tengah masyarakat modern dan berkelimpahan. Terdapat beberapa indicator kemiskinan yang biasa digunakan, yaitu indicator :
• Kemiskinan relative
Yaitu jika pendapatan berada di bawah pendapatan di sekitarnya, atau dalam kelompok masyarakat tersebut. Atau bisa saja meskipun pendaptannya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun karena dibanding dengan masyarakat sekitarnya, pendapatannya dinilai rendah, maka ia termasuk miskin. Negara yang menggunakan ini sebagai indicator kemiskinan adalah Amerika Serikat.
• Kemiskinan absolute
Yaitu dilihat dari kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok, jika pendapatannya di bawah pendapatan minimal untuk memenuhi kebutuhan pokok, maka ia disebut miskin. Negara yang menggunakan ini sebagai indicator kemiskinan adalah Indonesia.
• Kemiskinan cultural
Yaitu yang dikaitkan dengan budaya masyarakat yang menerima kemiskinan yang terjadi pada dirinya, bahkan tidak merespon usaha-usaha pihak lain yang membantunya keluar dari kemiskinan tersebut.
• Kemiskinan structural
Yaitu yang disebabkan struktur dan system ekonomi yang timpang dan tidak berpihak pada si miskin, sehingga memunculkan masalah-masalah structural ekonomi yang main meminggirkan peranan orang miskin.
Garis kemiskinan diukur dengan pendekatan konsumsi sejalan dengan pendekatan Bank Dunia dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Dan diukur dari kemampuan membeli makanan ekuivalen dengan 2100 kalori per kapita / hari dan biaya untuk memperoleh kebutuhan minimal akan barang/jasa , pakaian.
Adapun cara mengartikan kemiskinan dengan melihat berbagai dimensi diantaranya ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar, tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, transportasi), tidaka adanya jaminan masa depan (karena tidak adanya investasi untuk masa depan), dan kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun masal, redahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasansumber daya alam, tidak dilibatkan dalam kegiatan social masyarakat, tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan, ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental, ketidakmampuan dan ketidakberuntungan social (anak-anak terlantar)
Yang menyebabkan structural kemiskinan di Indonesia diantaranya adalah ketidakmampuan mengelola sumber daya alam secara maksimal, kebijakan ekonomi yang tidak berkomitmen terhadap penanggulangan kemiskinan dan semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi.
Kelemahan dalam program penanggulangan kemiskinan adalah masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro daripada pemerataan, sentralisasi kebijakan daripada disentralisasi, lebih bersifat kariatif daripada transformative, memposisikan masyarakat sebagai objek dan bukan subjek, cara pandang tentang penanggulangan kemiskinan masih berorientasi pada ‘charity’ daripada ‘productivity’, asumsi permasalahan dan solusi kemiskinan sering dipandang sama daripada pluralistis.