Selasa, 15 Februari 2011

Perekonomian Indoensia pada tahun 1984-1989


PEREKONOMIAN INDONESIA PADA TAHUN 1984-1989
Perekonomian Indoensia pada tahun 1984-1989 termasuk dalam Program Jangka Panjang yang  terdiri atas rangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) dan sudah dimulai dari April 1969. Pada tahun 1984-1989 termasuk ke dalam PELITA IV . Repelita ini bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan industry . Kalau Pelita II dan III tidak begitu mengenal "resource gap", yakni kekurangan dana untuk membiayai pembangunan, maka sangat mungkin Repelita IV harus memperhitungkan ini. Rezeki minyak pertama (1974-75) dan terutama rezeki minyak kedua (1979-80) melimpahkan banyak dana untuk pembangunan, sehingga "momentum pembangunan" dapat ditingkatkan. Tantangan utama untuk Repelita IV adalah bagaimana menutup resource gap ini, kalau tidak akan terjadi rezeki minyak ketiga? Secara teoretis rumusnya adalah kalau peningkatan penerimaan dari minyak dan gas bumi sudah tidak bisa menaikkan tingkat anggaran belanja lagi, maka kekurangan itu harus ditutup dari sumber-sumber dalam negeri. Ini berarti mobilisasi dari tabungan dalam negeri. Peningkatan public savings (surplus antara penerimaan angaran dengan anggaran belanja rutin) dalam anggaran belanja pemerintah. Ini berarti peningkatan pengumpulan pajak-pajak dalam negeri (di luar pajak perusahaan minyak) dan pengurangan subsidi-subsidi yang besar. Alternatifnya adalah mencari utang jauh lebih banyak dari luar negeri, atau menjalankan deficit financing seperti di zaman Orla. Strategi pembangunan industri juga perlu ditinjau terhadap kepentingan sasaran pemerataan dan terhadap kemungkinan resource gap yang lebih besar. Rencana industri-industri besar yang padat modal dan tidak banyak menghasilkan kesempatan kerja harus dinilai, mana yang betul-betul diperlukan sekarang dan mana yang dapat ditangguhkan. Industri sekunder-manufaktur dalam Pelita IV dan V juga harus mampu mengekspor. Sebab resiko besar pasar dalam negeri akan menjadi jenuh. Angka pertumbuhan sektor industri manufaktur yang selama ini begitu bagus, yakni di atas 10% setahun, hanya dapat dipertahankan kalau sebagian dari hasil industri itu dapat diekspor. Kemampuan ekspor industri Indonesia masih kecil sekali, yang paling kecil di ASEAN.
Beberapa hal yang dicapai pada saat REPELITA IV :
·         Pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,32%
·         Beban hutang luar negeri menjadi membesar
·         Penghematan anggaran dan pengawasan serta penertiban penggunaan anggaran
·         Perkembangan pasar modal dan sektor perbankan yang luar biasa
·         Laju inflasi rata-rata 9 %
·         Porsi pelunasan hutang 41,2 persen dari pengeluaran
Dan mengakibatkan harga minyak turun menjadi US $10 .
Kebijakan yang dilakukan adalah deregulasi dan debirokratisasi untuk mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan kesempatan pihak swasta dan investor asing dalam pembangunan . Dan devaluasi untuk meningkatkan ekspor non migas .
Untuk Repelita IV yang naik di atas rata-rata :
1. Pos & Telekomunikasi 375%
2. Agama 304%
3. Pengairan 215%
4. Hukum 207%
5. Penerangan & Komunikasi 150%
6. Pembangunan Daerah 128%
7. Kesejahteraan Sosial, Wanita, Kesehatan 119%
8. Aparatur Negara 108%
9. Perdagangan 106%
10. Pariwisata 105%
11. Energi 86%
12. Kependudukan 77%
13. Transmigrasi 76% Yang naik tapi masih di bawah rata-rata 74%
1. Pendidikan 63%
2. Ilmu Pengetahuan & Teknologi 41% Yang turun
 1. Industri 17%
2. Pertanian & Kehutanan 28%
3. Pertambangan 53%

resensi : 
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1982/09/11/KL/mbm.19820911.KL47339.id.html